A. Pendahuluan
Kita tahu bahwa
di Indonesia ini memiliki banyak aliran-aliran tarekat. Salah satu aliran
tarekat yang berpengaruh di Indonesia adalah tarekat Naqsyabandiyah. Pada umumnya tarekat ini paling banyak pengikutnya di Jawa sejak abad ke-19 sampai saat ini.
Tarekat ini adalah tarekat terbesar di dunia, juga di Indonesia, dan dianggap
paling terawat baik. Tarekat ini merupakan sebuah tarekat yang mempunyai
dampak dan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat muslim diberbagai
wilayah yang berbeda-beda.
Tarekat ini memiliki ciri-ciri yang menonjol, yaitu: Pertama,
diikutinya syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan
penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai dzikir dalam hati. Kedua,
upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa
serta mendekatkan negara pada agama. Markasnya di Jawa ada di Jombang,
Semarang, Sukabumi, Labuhan Haji (Aceh) di pesantren Syaikh Waly, Khal.
Oleh karena itu, banyak yang harus diketahui tentang
tarekat Naqsyabandiyah agar dapat membedakan antara tarekat satu dengan yang
lainnya. Yang terpenting adalah pengertian tarekat Naqsyabandiyah yang sesungguhnya,
siapa pendiri tarekat Naqsyabandiyah, penyebaran tarekat Naqsyabandiyah bisa
sampai di Indonesia, dan berbagai ritual dan teknik spiritual tarekat Naqsyabandiyah.
B. Pengertian
Tarekat Naqsyabandiyah
Menurut Syekh Najmuddin Amin dalam kitab “Tanwirul Qulub”
berasal dari dua buah kata arab “naqsy” نقس artinya ukiran atau gambaran yang dicap
pada sebatang lilin atau benda lain. Dan “bandy” بند artinya
bendera atau layar besar.
Jadi “Naqsyabandiyah” artinya ukiran atau gambaran
yang tertulis pada suatu benda, melekat tidak terpisah lagi, seperti tertera
pada sebuah benda atau spanduk besar. Dinamakan Naqsyabandiyah karena Syekh
Bahauddin ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang
gaib-gaib.[1]
Syekh Ahmad Khatib Bin Abdul Lathif (1276-1334 H) dalam
kitabnya “al-Ayatul” hal 23 menyatakan bahwa tarekat Naqsyabandiyah
ialah tarekat Nabi SAW. yang diajarkan dan diasuh Bahauddin Syekh Naqsyabandi
dan diamalkan oleh murid-muridnya dan ini disebut sebagai Ibu ketiga setelah
tauhid, fiqh kemudian tasawuf.[2]
C. Pendiri
Tarekat Naqsyabandiyah
Muhammad bin Muhammad Bahauddin al Bukhari lebih dikenal
sebagai Khwajah Naqsyabandi lahir di desa Qasr-I Hinduwn (717 H/ 1318 M/ 791 H/
1389 M), tidak jauh dari Bukhara di wilayah Uzbekistan Modern, Asia Tengah. Saat
kanak-kanak, khwajah dido’akan oleh Muhammad Baba Sammasi, seorang tokoh spiritual
lokal terkemuka. Dia meramalkan bahwa anak kecil tersebut akan menjadi seorang
bintang dalam spiritualitas dan gnosis islam suatu hari nanti.[3]
Ia
berasal dari keluarga dan lingkungan yang
baik. Ia mendapat gelar Syekh yang menunjukkan posisinya yang
penting sebagai seorang pemimpin spiritual. Setelah ia lahir segara dibawa oleh
ayahnya kepada Baba Al-Samasi yang menerimanya dengan gembira. Ia belajar
tasawuf kepada Baba
Al-Samasi ketika berusia 18 tahun. Selama
ia menetap di Bukhara, dia menikah dan akhirnya pulang kampong setealah menyelesaikan study formalnya.
Kemudian ia belajar ilmu tarekat kepada seorang quthb di Nasaf, yaitu Sayyid Amir Kulal Al Bukhari
(w.772/1371). Kulal adalah seorang khalifah Muhammad Baba Al-Samasi. Dari kulal
inilah ia pertama belajar tarekat yang didirikannya. Selain itu Naqsyabandi pernah juga belajar pada
seorang arif bernama Al Dikkirani selama sekitar 1 tahun. Ia pun pernah bekerja
untuk Khalil penguasa Samarkand, kira-kira selama dua belas tahun. Ketika sang
penguasa digulingkan pada tahun 748/1347M, ia pergi ke Zirwartun. Disana ia
mengembalakan binatang ternak selama tujuh tahun, dan tujuh tahun berikutnya
dalam pekerjaan perbaikan jalan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari
pendidikan dan pembinaan mistisnya untuk memperdalam sumber-sumber rasa kasih
sayang dan cinta kepada sesama manusia serta membangkitkan perasaan pengabdian
dalam mamasuki lingkungan mistis.
Meskipun Khawajah Naqsyabandi menjalani pengasingan diri,
pengorbanan, dan ketaatan terhadap nilai-nilai ideal dan praktek islam, dia
sangat tahu bahwa seseorang tidak akan sukses dalam bidang apapun tanpa berkah
dan kemurahan hati Allah. Oleh karena itu, menurut khawajah, seseorang tidak
dalam memilih untuk menjadi seorang sufi karena sebenarnya sebuah berkah
spiritual itu diberikan, bukannya di raih, meskipun seseorang tidak boleh
kunjung menyerah untuk mendapatkan kasih sayang dan kemurahan Allah.
Khawajah
sangat rajin mengamalkan spiritual islam mengasingkan diri. Sampai-sampai dia
menolak menerima makanan atau hadiah yang ditawarkan para penguasa lokal
kepadanya, kalau-kalau mereka mendapatkannya secara illegal. Satu kali, ketika
dia ditanya mengapa menolak mempekerjakan seorang pelayan, dia menjawab: “kepemilikan tidak dikenal
dalam kewalian.” Sebagai penganut islam tradisional yang ketat, dia sangat
mempercanyai pengasingan diri dan membenci praktek-praktek hedonis. Karenanya
dia mendefinisikan mistisisme islam sebagai jalur al-urwa al-wutsqa,
yakni sebuah ikatan kokoh dalam mengikuti al-qur’an dan sunnah. Dengan kata
lain sember dari spiritualitas dan gnosis islam tidak lain adalah Al-qur’an dan
As-sunnah.
Jalur
spiritual pertama kali terbentang di hadapan
Khawajah dalam bentuk visi ketika dia
masih muda. Dalam visi itu, dia melihat tiga buah lampu dan sebuah singgasana.
Ketiga lampu mewakili seluruh tokoh sufi masa lalu, semetara singgasana tidak
lain adalah sufi terkemuka Abdul Khaliq Ghujdawani. Khawajah diberitahu bahwa
dia diberkati, dan suatu hari nanti akan menjadi seorang sufi besar dan
penyebar spiritualitas dan gnosis yang berpengaruh.
Didirikan oleh khawajah Yusuf hamadani pada abad ketujuh,
tarekat naqsyabandiyah tumbuh dan menyebar ke seluruh Asia Tengah di bawah
pengawasan para sufi terkemuka, seperti Abdullah Barqi, Hasan Andaqi, Ahmad
Yisiwi, dan Abdul Khaliq Ghujdawani, sebelum akhirnya khawajah naqsyabandi
muncul untuk menjadi salah satu pendukungnya yang paling berpengaruh.
Sebagai
salah satu tokoh sufi paling terkenal dari Sgenerasinya, khawajah naqsyabandi
merupakan orang yang paling mampu dan tepat untuk menyatukan dan
mengonsolidasikan berbagai aliran mistik di Asia Tengah. Dan walaupun memiliki pengetahuan yang luas
tentang islam dan sangat terberkati secara spiritual, khawajah tahu bahwa tugas
yang ia hadapi tidaklah mudah. Oleh karena itu, setelah menimbang secara
masak-masak, ia memulai sebuah gerakan spiritual islam massal yang nantinya
dikenal sebagai tarekat naqsyabandiyah. Dengan begitu, dia memberikan
kontribusi dalam penyebaran islam ke seluruh Asia tengah.
Gerakan
yang diluncurkan khawajah ini menjadi sangat populer. Seiring berjalannya
waktu, gerakan ini menjadi salah satu tarekat sufi paleng berpengaruh, selain
tarekat qadiriyah yang didirikan oleh Abdul Qadir Al-Jilani. Terinspirasi oleh
khawajah Naqsyabandi, para pengikutnya menyebar di seluruh Asia tengah, dan
juga merambah sampai India. Di sana, syaikh Ahmad Sirhindi, seorang tokoh dan
pembaru islam terkenal dari India, menjddai salah satu penafsir terkemuka dari
tarekat ini. Para pengikut terkenal lainnya adalah Raja Jahangir, syah
waliullah dari delhi, Sayyid ahmad barlevi, dan syah ghulam ali.
Ketika
islam ditekan secara brutal di seluruh Asia tengah oleh para penguasa berpaham
selain dari kerajaan Soviet, pengikut
tarekat inilah yang menjaga kobar islam tetap menyala
dikawasan itu. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa
gerakan spiritualitas islam yang dirintis oleh khawajah naqsyabandi nyaris
tidak ada bandingannya dalam sejarah islam. Dia wafat pada usia tujuh puluh dua
tahun dan dimakamkan di desa kelahirannya, tempat nantinya sebuah monument
didirikan untuk mengenang dirinya.
- Penyebaran tarekat naqsyabandiyah
Baha’ al-din naqsyabandi sebagai pendiri tarekat ini,
dalam menjalankan aktivitas dan penyebaran tarekatnya mempunyai 3 orang
khalifah utama, yakni ya’qub carkhi, ‘ala’ al-din ‘aththar dan muhammad parsa.
Guru yang paling menonjol dari angkatan selanjutnya yang berasal dari khalifah
ya’qub carkhi adalah khwaja ‘ubaidillah ahrar Ramadhan.[4]
Dalam sejarah tarekat naqsyabandiyah, tidak ada syekh yang memiliki banyak
lahan, kekayaan, atau harta seperti ‘ubaidillah ahrar. ia sangat dihormati oleh
seluruh lapisan masyarakat atas maupun bawah. Ia memiliki watak sangat
sederhana dan ramah, menerima para tamu dengan segala kerendahan hati.
Dia tidak suka dengan kesombongan dan keangkuhan. Ia menganggap
kesombongan dan keangkuhan merendahkan tingkat moral manusia dan melemahkan
tali pengikat spiritual. Dalam penyebaran tarekat naqsyabandiyah ia berjasa
dalam menetapkan sebuah pola yang banyak diadopsi oleh banyak syekh-syekh
naqsyabandiyah selanjutnya, yaitu menjalin hubungan akrab dengan kalangan
istana. Berkat situasi dan pengaruh yang besar dari ubaidillah, kemudian
tarekat naqsyabandiyah ini pertama kali menyebar ke luar Asia Tengah.
Tokoh lain yang juga mempunyai peran besar dalam
penyebaran tarekat ini secara geografis adalah sa’id al-din kashghari. Ia di
antaranya telah membaiat penyair dan ulama besar ‘abd. Al-rahman jami’, yang
berjasa mempopulerkan tarekat ini di luar istana. Penyebaran tarekat
naqsyabandiyah kemudian memasuki wilayah india (yang kemudian berpengaruh ke
wilayah indonesia), sekitar abad 10/16 M atau tepatnya pada tahun 1526.
Dan sepanjang abad itu telah terjadi gelombang perpindahan kaum Naqsyabandiyah
Asia ke India.
Di
antara syekh-syekh Naqsyabandiyah yang datang ke India adalah Baqi’ Billah
(971-1012 H/1563-1603 M). ia disayangi orang banyak karena kepribadiannya yang
sangat ramah. Hampir semua pengikut naqsyabandiyah di seluruh dunia ini menarik
garis keturunan spiritual mereka melalui Baqi Billah dan khalifahnya ahmad
sirhindi. Ketika sirhindi berasil mengukuhkan dirinya sebagai penerus khanaqah
Baqi Billah di delhi, taj al-Din seorang khalifah Baqi Billah yang dianggap
sebagai saingannya dan gigih dalam membela konsep wahdat al-wujud dengan kecewa
meninggalkan delhi kemudian menetap di makkah. Selanjunya taj aldin mengangkat
dua orang khalifah di yaman, ahmad bin ‘ujail dan Muhammad ‘abd al-baqi.
Muhammad ‘abd al-baqi ini adalah pembimbing yusuf makassari yang tercatat
sebagai orang pertama yang memperkenalkan tarekat naqsyabandiyah di Indonesia.
yusuf
makassari mempelajari tarekat ketika berada di madinah dibawah bimbingan syekh ibrahim al-kurani. Ia berasal dari kerajaan islam
gowa, sebuah kerajaan kecil di sulawesi selatan, dan mempunyai pertalian darah
dengan keluarga kerajaan di daerah itu. Menurut martin, apa yang diperkenalkan
oleh syekh yusuf al-makassari saat itu bukanlah tarekat naqsyabandiyah sebagai
sebuah organsasi, melainkan hanya sebatas teknik-tekniknya saja seperti bacaan
dzikirnya dan juga metode pengaturan nafas ketika melakukan zikir. Tarekat ini
baru menjadi sebuah organisasi di indonesia pada paruh kedua abad ke-19,
sebagai akibat dari berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia sendiri dan
pengaruh dari dunia muslim lainnya.[5]
Penyebarannya terjadi terutama pada abad ke-19 dan masuk
melalui pelajar-pelajar indonesia yang belajar di makkah atau melalui para
jemaah haji yang pulang ke Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya di
indonesia , tarekat naqsyabandiyah berkembang dalam bentuknya sendiri-sendiri,
yaitu: a) tarekat naqsyabandiyah khalidiyah, bersumber dari syekh ismail
al-khalidi di minangkabau yang penyebarannya diawali dari daerah asalnya. b)
tarekat naqsyabandiyah muzhariyah, bersumber dari sayyid muhammad salih
al-zawawiyang penyebarannya sampai menyentuh dunia internasional. Pada tahun
1997, syekh anzim adil haqqani mengunjungi indonesia dan kemudian hampir setiap
tahun datang ke indonesia. Kunjungan tersebut cukup menggembirakan karena
berhasil membangun zawiyah naqsyabandiyah haqqani di kampung melayu, jakarta
selatan. Orang pertama yang diangkat sebagai wakil syekh anzim adil untuk
indonesia adalah KH. Musthafa mas’ud, yang pembaiatannya dilakukan oleh syekh
Muhammad Hisyam Kabbani pada 5 april 1997.[6]
- Berbagai ritual dan teknik spiritual tarekat naqsyabandiyah
Seperti pada tarekat yang lain, tarekat naqsyabandiyah
mempunyai tata cara peribadatan, teknik ritual dan spiritual sendiri. Naqsyabandiyah sebagai
tarekat terorganisasi punya sejarah dalam rentang masa yang hampir enam abad
dan penyebaran secara geografis meliputi tiga benua. Maka tidaklah mengherankan
warna dan tata cara naqsyabandi menunjukan aneka variasi mengikuti masa dan
tempat tumbuhnya, adaptasi terjadi karena keadaan memang berubah dan
masing-masing guru dalam memberikan penekanan dalam arah yang sama.
- Ajaran dasar
Penganut thariqah Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas
thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan oleh Abd. Al-Kholiq Ghujdawani,
sedangkan sisanya adalah penambahan dari syeh baha’ Al-Din Naqsyabandi.
Ajaran dasar tersebut adalah
1.
Hush bar dam: “sadar waktu bernafas”, sufis yang bersangkutan harus selalu sadar setiap
menarik nafas dan menghembuskan nafas akan keberadaan Allah.
2.
Nazhar dar qadam: “menjaga langkah”, sewaktu berjalan sang murid harus
menjaga langkah-langkahnya agar tujuan-tujuan ruhaniah tidak dikacaukan oleh
hal-hal yang tidak relevan.
3.
Safar dar wathan: “melakukan perjalanan di tanah kelahirannya”, yaitu
meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaan sebagai manusia menuju pada
hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia.
4.
Khalawat dar anjuman: “sepi ditengah keramaian”, yaitu hati sepi selalu ingat
kepada Allah disuasana ramai. Berkholwat terbagi atas dua bagian, yaitu:
a)
Khalwat lahir, yaitu orang yang bersuluk mengasingkan
diri ke sebuah tempat tersisih dari masyarakat ramai.
b)
Khalwat batin, yakni mata hati menyaksikan rahasia
kebesaran Allah dalam pergaulan sesama makhluk.
5.
Yard kard:
“ingat, menyebut”, terus menerus mengulangi nama Allah dengan Dzikir tauhid.
6.
Bas gasyt:
“kembali, memperbarui”. Hal ini dilakukan untuk mengendalikan hati agar tidak
condong kepada hal-hal yang menyimpang.
7.
Nigah dasyt: “ waspada”, yaitu menjaga perasaan dan pikiran terus menerus sewaktu
melkukan Dzikir tauhid.
8.
Yaq dasyt:
“ mengingat kembali”, adalah menghadapkan diri kepada nur dzat Allah Yang Maha
Esa, tanpa berkata-kata.
Adapun tiga asas lainnya yang berasal dari Syaikh Baha’
al-Din Naqsyabandi adalah:
1)
Wuquf zamani: “ memeriksa penggunaan waktu”, yaitu mengamati secara teratur bagaimana
orang menghabiskan waktunya.
2)
Wuquf ’adadi: “ memeriksa hitungan Dzikir seseorang”. Dengan berhati-hati berapa kali
seseorang mengulangi kalimat Dzikir dan Dzikir diucapkan dalam jumlah hitungan
ganjil.
3)
Wuquf qalbi: “Menjaga hati tetap terkontrol”. Kehadiran hati serta kebenaran tiada yang
tersisa, sehingga perhatian seseorang secara sempurna sejalan dengan zikir dan
maknanya.[7]
- Dzikir dan Wirid
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat
lainnya adalah dzikir, yaitu berulang-ulang menyebut nama Allah atau menyatakan
kalimat laa ilaaha illaah. Tujuan latihan itu adalah untuk mencapai
kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen.
Tarekat naqsyabandi mengajarkan dzikir-dzikir yang sangat
sederhana, namun lebih mengutamakan dzikir dalam hati dari pada dzikir dengan
lisan. Ada enam yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam
tarekat ini, yaitu: a) Tobat; b) Uzla (mengasingkan diri dari masyarakat ramai
yang telah dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam
kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya); c) zuhud; d) taqwa; e)
qanaah (menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh
Allah SWT); dan f) taslim.[8]
Dzikir dapat dilakukan baik secara jamaah atau
sendiri-sendiri begi mereka yang bermukim dekat dengan mursyid mereka melakukan
dzikir dengan jamaah secara rutin dua kali dalam seminggu yaitu hari jum’at dan
malam selasa. Apabila seorang pengamal tarekat naqsyabandiyah secara rutin
mengamalkan dan tidak lepas dari bimbingan guru, insyaAllah nafsu-nafsu pada
dirinya akan selalu terkontrol dan akan melahirkan satu perbuatan baik yang
berakhlakul karimah.
- Muraqabah
Muraqabah merupakan serangkaian latihan mistik yang pada
umumnya diajarkan bagi mereka yang sudah tinggi tingkatannya, paling tidak
sudah menguasai dzikir pada semua lathifah (memusatkan
kesadarannya kepada Allah dengan disertai getaran dan memancarkan panas pada
tujuh titik halus pada tubuh). Muraqabah merupakan teknik konsentrasi
dan meditasi yang bertujuan untuk pengendalian diri.
Muraqabah ini diterapkan dengan konsentrasi penuh waspada
dengan segala kekuatan jiwa, pikiran dan imajinasi serta pemeriksaan yang
dengannya sang hamba mengawasi dirinya sendiri dengan cermat.[9]
Ahmad dhiya’ al-Din gumusy khanawi menyebutkan ada 10 tingkatan dalam muraqabah
yaitu ihsan, ahadiyah, aqrabiyah, basyariyah, ilmiyah, fa’iyah, malikiyah,
hajatiyah, mahbudiyah dan tauhid syuhudi.
- Suluk
Suluk
adalah perjalanan di jalan spiritual menuju sang sumber. Ini adalah metode
perjalanan melalui berbagai keadaan dan kedudukan, di bawah bimbingan seorang
guru spiritual. Seseorang yang menempuh jalan ini disebut salik. Seang hamba
yang telah jauh berjalan menuju Allah adalah yang telah sungguh-sungguh
menunjukkan penghambaanya kepada Allah.[10]
Khalwat adalah penarikan diri dan penyendirian spiritual.
Semula khalwat dilakukan secara fisik. Dengan menarik diri dari
gangguan-gangguan luar yang potensi menyimpangkan seseorang dalam
kontemplasinya atas nama dan sifat-sifat amal, yang biasa dilakukan di gua-gua
atau tempat-tempat yang sepi. Akhirnya, penarikan diri menjdai semata-mata
bersifat spiritual ketika hati senantiasa hadir terus-menerus bersama Allah,
maka hal ini dikatakan berkhalwat. [11]
Kebanyakan syekh naqsyabandiyah mempunyai ruang khusus tempat para muridnya
dapat menjalankan suluk. Selama dalam menjalankan khalwat, seorang santri makan
dan minum sedikit sekali, hampir seluruh waktunya untuk sholat, dzikir dan
meditasi serta tidak diizinkan berbicara hal-hal yang bermanfaat.
- Tawajjuh
Konsentrasi, perhatian atau “menghadapkan wajah pada sesuatu”. Tawajjuh dapat mengacu pada konsentrasi spiritual yang
terjadi antara mursyid dan murid. Pada tataran makna yang lebih tinggi,
tawajjuh berarti perhatian Allah pada sesuatu yang mungkin yang menyebabkan
sesuatu itu menjdai mewujud.[12]
Tawajjuh dal ritual naqsyabandiyah merupakan perjumpaan dimana seseorang
membuka hatinya pada syekhnya dan membanyangkan hatinya itu disirami berkah
sang syekh yang akhirnya membawa hati itu ke hadapan Nabi Muhammad. Hal ini
disimbulkan dengan berupa pertemuan kening guru dan syekhnya.
Asy-syaikh musthafa bin abu bakar ghiyatsuddin
an-naqsyabandi manyatakan dalam risalahnya ath-thariqah an-naqsyabandiyah
thariqah muhammadiyah bahwa thariqah ini memiliki tiga marhalah:
- Hendaklah anggota badan kita berhias dengan dhohirnya syari’ah muhammadiyah.
- Hendaklah jiwa-jiwa kita bersih dari nafsu-nafsu yang hina, yaitu hasad, thama’, riya’, nifaq dan ‘ujub pada diri sendiri. Karena hal itu merupakan sifat yang paling buruk dan karenanya iblis mendapatkan laknat.
- Berteman dengan para shodiqin (orang orang berhati jujur).[13]
- Silsilah guru-guru naqsyabandiah mengikuti garis nabi Muhammad SAW.
Silsilah tarekat naqsyabandiyah menurut hawash ‘abdullah
adalah sebagai berikut:
- Allah SWT.
- Muhammad SAW
- Abu Bakar al-Shiddiq
- Salman al-Farisi
- Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr al-Shiddi
- Ja’far al-shiddiq (w.148/765)
- Abu yazid thaifur al-Bisthami (w.260/874)
- Abu al-Hasan al-kharaqani (w.425/103)
- Ali al-farmadni (w.477/1084)
- syekh Abu yusuf ya’qub bin ayyub al-hamadani (w. 535/1140)
- syekh ‘abd al-khalik al-fujawani (w.617/1220)
- syekh ‘Arif riyukiri (w. 657/1259)
- Syekh Mahammad anjiri al- faghnawi (w.643/1245 atau 670/1272)
- syekh ‘Ali al-Ramitani (w. 705/1360 atau 721/1321)
- syekh Muhammad Baba al-Syammasi (w. 740/1340 atau 755/1354)
- syekh Sayyid amir Kulal (w. 722/1371)
- syekh Baha’ al-Din Naqsyabandi (717-791/1318-1389)
- syekh muhammad ala’ al-din al-athhari
- syekh ya’qub al-jarkhi
- syekh muhammad ubaidillah al-ahrari
- syekh muhammad zahid
- syekh darwis muhammad
- syekh khaujani al-amkani
- syekh muhammad baqi’ billah
- syekh yusuf al-makasari.[14]
- Kesimpulan
Naqsyabandiyah artinya ukiran atau gambaran yang tertulis pada suatu
benda, melekat tidak terpisah lagi, seperti tertera pada sebuah benda atau
spanduk besar. Tarekat ini didirikan oleh seseorang yang bernama Muhammad bin Muhammad Bahauddin al bukhari.
Khawajah sangat rajin mengamalkan spiritual islam mengasingkan diri. gerakan
spiritualitas islam yang dirintis oleh khawajah naqsyabandi nyaris tidak ada
bandingannya dalam sejarah islam. Dia wafat pada usia tujuh puluh dua tahun dan
dimakamkan di desa kelahirannya, tempat nantinya sebuah monument didirikan
untuk mengenang dirinya.
yusuf makassari yang tercatat sebagai orang pertama yang
memperkenalkan tarekat naqsyabandiyah di Indonesia. yusuf makassari mempelajari
tarekat ketika berada di madinah dibawah bimbingan syekh ibrahim al-kurani. Penyebarannya
terjadi terutama pada abad ke-19 dan masuk melalui pelajar-pelajar indonesia
yang belajar di makkah atau melalui para jemaah haji yang pulang ke Indonesia.
Di Indonesia memiliki 3 aliran tarekat naqsyabandiyah, yaitu: tarekat
naqsyabandiyah khalidiyah, tarekat muzhariyah dan tarekat naqsyabandiyah
haqqani.
Berbagai ritual dan teknik spiritual tarekat naqsyabandiyah,
yaitu: ajaran dasar, dzikir dan wirid, muraqabah, suluk dan tawajjuh. Silsilah
tarekat naqsyabandiyah berawal dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsul,
Rijai Hamid. Buku Pintar Agama Islam (edisi yang disempurnakan). Bogor: cahaya
islam, 2008.
Khoirul, anam. Ajaran tarekat naqsyabandiyah dalam
membangun akhlaqul karimah.(Skripsi, STAIN Kediri, Kediri, 2005).
Muhammad,
mojlum khan. 100 muslim (paling berpengaruh sepanjang masa). Jakarta: Noura
books, 2012.
Sri, mulyani. Mengenal dan memahami tarekat-tarekat
mukhtabarah di Indonesia. Jakarta: prenada media, 2007.
Abdul wadud kasyful humam. Satu tuhan seribu jalan
(sejarah, ajaran, dan gerakan tarekat di indonesia). Yogyakarta: forum, 2013.
Amatullah, amstrong. Kunci memasuki dunia tasawuf.
Bandung : mizan, 1996.
Chabib, thoha. Mengenal thariqah (panduan pemula mengenal
jalan menuju Allah Ta’ala). Jakarta: aneka ilmu semarang,2005.
Abdul wadud kasyful humam. Satu tuhan seribu jalan
(sejarah, ajaran, dan gerakan tarekat di indonesia). Yogyakarta: forum, 2013.
Tarekat
Naqsyabandiyah
Makalah ini
dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah studi tarekat
Dosen pengampu:
A.
Halil Thahir, M.HI
Disusun oleh:
Churin Maqshurotin fil khiyam
(933610313)
Akhlak tasawuf
Ushuluddin dan ilmu sosial
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Kediri
[1]
Syamsul, Rijai Hamid. Buku Pintar Agama Islam (edisi yang disempurnakan).
Bogor: cahaya islam, 2008. Hal: 568
[2]
Khoirul, anam. Ajaran tarekat
naqsyabandiyah dalam membangun akhlaqul karimah.(Skripsi, STAIN Kediri, Kediri, 2005). Hal:18.
[3]
Muhammad, mojlum khan. 100 muslim (paling berpengaruh sepanjang masa). Jakarta:
Noura books, 2012. Hal: 539
[4]
Sri, mulyani. Mengenal dan memahami
tarekat-tarekat mukhtabarah di Indonesia. Jakarta: prenada media, 2007. Hal: 92
[5]
Abdul wadud kasyful humam. Satu
tuhan seribu jalan (sejarah, ajaran, dan gerakan tarekat di indonesia).
Yogyakarta: forum, 2013.hal: 90
[6]
Ibid. Hal: 91-92
[7]
Sri, mulyani. Mengenal dan memahami
tarekat-tarekat mukhtabarah di Indonesia. Jakarta: prenada media, 2007. Hal:
103 - 105
[8]
Syamsul, Rijai Hamid. Buku Pintar Agama Islam (edisi yang disempurnakan).
Bogor: cahaya islam, 2008. Hal: 569
[10]
Amatullah, Armstrong. Kunci memasuki dunia tasawuf. Bandung : mizan, 1996. Hal:
268
[12]
Amatullah, Armstrong. Kunci… Hal: 292
[13]
Chabib, thoha. Mengenal thariqah
(panduan pemula mengenal jalan menuju Allah Ta’ala). Jakarta: aneka ilmu
semarang,2005. Hal: 16
[14]
Abdul wadud kasyful humam. Satu
tuhan seribu jalan (sejarah, ajaran, dan gerakan tarekat di indonesia).
Yogyakarta: forum, 2013.hal:104
0 komentar:
Posting Komentar