A. LATAR BELAKANG
Pendidikan karakter sesungguhnya
merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai sebuah bangsa. Namun dalam
konteks pendidikan formal tanpa kiprah guru yang memang di titahkan sebagai
pendidik professional kepada siapa lagi pendidikan karakter secara formal akan
di pasrahkan. Pendidikan tidak hanya di fokuskan terhadap sekolah saja, namun
bagaimana pendidikan untuk anak dikelola dengan tepat di rumah sehingga terjadi
keseimbangan optimalisasi peran keluarga menjadi faktor penting dalam
pendidikan karakter di rumah.
Dalam Pendidikan karakter di sekolah
dapat dilakukan secara efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber daya
manusia yang professional untuk mengoperasikannya, dana yang cukup, sarana
prasarana yg memadai untuk mendukung proses pembelajaran, serta dukungan
masyarakat. Dukungan masyarakat disini sangat dibutuhkan kembali, karena krisis
multidimensi telah memperlemah kemampuan bersekolah dan menimbulkan dampak
negatif, diantaranya menurunnya akhlak, moral, dan karakter peserta didik.
Bahkan karakter masyarakat pada umumnya.
Sejak zaman orde lama, orde baru, orde
reformasi sampai sekarang pendidikan nasional belum tertangani oleh ahlinya
secara professional. Sehingga untuK
meningkatkan kualitas pendidikan harus melakukan reformasi total terhadap manajemen
dan sistem pendidikan nasional. Jika hal ini tidak dilakukan, maka hancurlah
bangsa ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Strategi ?
2. Bagaimana Prinsip-Prinsip penggunaan
Strategi Pembelajaran ?
3. Metode apakah yang di gunakan dalam
mengembangkan interaksi berbasis karakter ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi
Strategi dalam pendidikan diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan yang di desain
untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. [1]
Strategi dapat dimaknai pula dalam
kitannya dengan kurikulum, strategi kaitannya dengan tokoh serta strategi
kaitannya dengan metodologi. [2]
Dari hal tersebut, ada hal yang harus di
perhatikan. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
termasuk metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya pembelajaran. Kedua,
srtategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, sebelum
menentukan strategi harus dirumuskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Maka strategi dalam kegiatan pembelajaran harus dikerjakan oleh
pendidik maupun peserta didik agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
Dalam berbagai hal, strategi sering
diartikan dengan metode, padahal antara keduanya mempunyai perbedaan yang
jelas. Strategi menunjuk kepada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,
sedangkan metode adalah cara untuk melaksanakan strategi.[3]
Dalam pendidikan karakter menuju
terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi
yang harus dilakukan, yaitu :[4]
1. Moral Knowing/Learning to know
Pada
tahapan ini merupakan tahapan awal dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini
tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Oleh
karena itu, siswa harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan tercela
serta nilai-nilai universalnya, memahami secara logis dan rasional bahwa
pentingnya akhlak mulia dan bahayanya akhlak tercela, mengenal sosok Nabi
Muhammad SAW sebagai figure teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits dan
sunnahnya.
2. Moral Loving/Moral Feeling
Dalam
tahapan ini, perlunya belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat. Dimaksudkan
untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Sasaran dalam hal ini ialah
guru, karena merupakan dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal,
rasio, atau logika.
3. Moral Doing/Learning to do
Pada
tahapan inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa mempraktikkan
nilai-nilai akhlak itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi semakin
sopan, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, cinta, kasih dan saying, adil
sera murah hati.
B. Prinsip-prinsip penggunaan Strategi
pembelajaran
Dalam Diknas Nomor 19 Tahun 2005
mengatakan bahwa proses pembelajaran pendidikan di selenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik, serta psikologis peserta didik. [5]
1. Interaktif
Prinsip
ini mengandung bahwa mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari
pendidik ke peserta didik, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses
mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Dengan
cara tersebut, dimungkinkan kemampuan peserta didik akan berkembang baik secara
mental-spiritual, intelektual, emosional, sosial, dan fisik.
2. Inspiratif
Proses
pembelajaran dapat dikatakan inspiratif jika proses pembelajaran memungkinkan
peserta didik untuk melakukan sesuatu . Disini, pendidik harus membuka berbagai
peluang agar peserta didik dapat melakukan sesuatu yang terkait dengan materi
pelajaran.
3. Menyenangkan
Proses
pembelajaran yang menyenangkan atau bermakna dapat dilakukan pendidik dengan
cara pertama : dengan menata
ruangan yang bagus dan menarik. Kedua : pengelolaan pembelajaran yang
hidup dan bervariasi yaitu dengan menggunakan model pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang
relevan.
4. Menantang
Proses
pembelajaran haruslah membuat peserta didik tertantang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, kemampuan keterampilan aplikatif dan keterampilan
bersosial. Dan kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan
rasa ingin tahu dengan kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif dan
analisis.
5. Motivasi
Motivasi
merupakan daya dorong yang kuat yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak
atau melakukan sesuatu. Peserta didik harus ingat pepatah kuno Romawi : Decimus
non scholae set vitae (terjemahan bebasnya : kita belajar bukan untuk
sekolah/cari ijazah, tetapi untuk hidup). Motivasi belajar yang utama adalah
kebutuhan untuk dapat hidup dikemudian hari dengan baik, bukan untuk mencari
gelar atau ijazah.
C. Metode mengembangkan Interaksi strategi
berbasis Karakter
Istilah model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas
dasar tersebut, maka model belajar mengajar adalah kerangka konseptual dan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dan
para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[6]
Untuk mengembangkan strategi ini,
terlebih dahulu perlu memahami model-model pengembangan strategi pada umumnya.
Model ini di sajikan untuk memperkaya pemahaman tentang pengembangan strategi
sehingga kita benar-benar siap untuk mengembangkan model strategi pendidikan
karakter dengan sukses.
Penerapan pendidikan karakter dalam
kegiatan sehari-hari[7]
1. Keteladanan/contoh
Kegiatan seperti ini
merupakan pemberian contoh/teladan yang
biasa dilakukan oleh
pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan
model bagi peserta didik.
2. Kegiatan Spontan
Kegiatan
yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Biasanya dilakukan pada
saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik.
3. Teguran
Seorang
pendidik perlu menegur apabila peserta didik melakukan perilaku buruk dan
mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik.
4. Pengkondisian Lingkungan
Suasana
sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana fisik. Missal :
penyediaan tempat sampah, jam dinding, tata tertib, dan lain-lain sehingga
peserta didik dapat mudah membaca dan menerapkannya.
5. Kegiatan Rutin
Kegiatan
yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat.
Missal : berbaris masuk kelas, berdoa sebelum dan sesudah belajar, mengucapkan
salam bila bertemu dengan orang lain.
Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran[8]
1.
Model
Tadzkirah
Yaitu
model untuk mengantarkan peserta didik agar senantiasa memupuk , memelihara dan
menumbuhkan rasa keimanan yang telah di Ilhamkan oleh Allah SWT agar mendapat
wujud konkretnya yaitu amal saleh yang dibingkai dengan ibadah yang ikhlas sehingga
melahirkan suasana hati yang lapang dan ridha atas ketetapan Allah SWT.
Tadzkirah
sendiri diartikan Peringatan. Dalam QS.Al-Muddatsir : 54-55.
كَلَّا
إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ # فَمَن شَاء ذَكَرَهُ . ٥٥-٥٤
–
“Sekali-kali
tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka
barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran dari padanya”.
2. Tunjukan Teladan
Keteladanan
dan kecintaan yang dipancarkan dari seorang pendidik kepada peserta didik,
serta modal kedekatan yang dibina bersamanya, akan membawa mereka mempercayai
pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan pendidik. Dengan demikian, menabung
kedekatan dan cinta kasih sayang kepada peserta didik akan memudahkan pendidik nantinya membawa mereka pada
kebaikan-kebaikan.
3. Arahkan (Berikan Bimbingan)
Dijelaskan
dalam QS.Ar-Rum: 30
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ -٣٠-
“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah Menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan
pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”.
(QS.Ar-Rum:30)
Fitrah
Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia Diciptakan Allah mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal
itu tidaklah wajar.
Pada dasarnya anak telah diciptakan
oleh Allah sesuai dengan fitrahnya, yaitu cenderung pada kebenaran. Apabila
anak tersebut di arahkan sejak kecil dalam hal tidak baik, maka akan
menimbulkan kebiasaan sampai dewasa. Bimbingan orang tua kepada anaknya, guru
kepada muridnya perlu di berikan alasan, penjelasan, pengarahan mengenai hal
tersebut. [9]
Bimbingan lebih merupakan suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang di bimbing
agar tercapai kemandirian diri. Bimbingan dapat berupa lisan, latihan, dan
keterampilan.
4. Dorongan
Kebersamaan orang tua dan guru dengan anak tidak
sekedar memberi makan, minum,pakaian, dan lain-lain. Akan tetapi juga
memberikan pendidikan yang tepat. Seorang anak harus memiliki motivasi yang
kuat dalam pendidikan, sehingga pendidikan menjadi efektif. Anak yang memiliki
motivasi akan memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya sendiri.
Sabda Rasululloh SAW : “Allah akan
memberi rahmat kepada orang tua yang membantu
kepada anaknya untuk berbuat baik kepadanya. Yakni orang tua yang tidak
menyuruh anaknya berbuat sesuatu yang sekiranya anak tersebut tidak mampu
mengerjakan.”
5. Kontinuitas (Sebuah Proses Pembiasaan
dalam Belajar, Bersikap, dan Berbuat)
Al-Qur’an menjadikan kebiasaan sebagai
salah satu teknik atau metode pendidikan. Kemudian ia mengubah sifat baik
menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan tersebut tanpa
susah payah.
Al-Qur’an mempergunakan cara bertahap
dalam menciptakan kebiasaan yang baik, begitu juga dalam menghilangkan
kebiasaan yang buruk dalam diri seseorang. Dalam upaya tersebut, Al-Qur’an
menempuhnya melalui dua cara : Pertama, dicapainya melalui
bimbingan dan latihan. Kedua, dengan cara mengkaji aturan-aturan
Allah yang terdapat di alam raya yang bentuknya amat teratur.
Menurut Al-Ghazali “Kewajiban utama dari
seorang pendidik ialah mengajarkan kepada anak-anak, apa-apa yang mudah dan
gampang di pahaminya, oleh karena masalah-masalah yang pelik akan mengakibatkan
kekacauan pikiran dan menyebabkan ia lari dari ilmu.”
Ada beberapa strategi pembelajaran yang
harus di lakukan[10]
:
1. Pembelajaran Kontekstual.
Contextual
Teaching and Learning (CTL) ialah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang
nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (Wina,
2008)
Merupakan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang di pertanyakan.
Ciri-ciri
dari pembelajaran ini ialah Pertama, strategi ini menekankan kepada
aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Peserta
didik disini menempatkan sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh
aktivitas yang dilakukan peserta didik di arahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan, sehingga di harapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri. Ketiga : tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis,
logis, dan kritis. Sehingga peserta didik tidak hanya dituntut agar menguasai
materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya.
3. Strategi pembelajaran Kooperatif
Model
dari pembelajaran ini adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di
rumuskan. Strategi ini selain mampu untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik,
juga mampu meningkatkan hubungan sosial, meningkatkan toleransi dan
meningkatkan harga diri. Kemudian
dapat memenuhi berbagai
kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan.
4. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal. SPE ini mempunyai karakteristik, Pertama, cara penyampaian
materi secara lisan/ceramah. Kedua, materi pelajaran sudah jadi,
sehingga peserta didik tinggal menghafal. Ketiga, tujuan utama
pembelajaran adalah menguasai materi pembelajaran itu sendiri.
Implementsi
pendidikan karakter di sekolah memberikan kewenangan kepada daerah dan sekolah
untuk mengembangkan kurikulum pendidikan karakter, terutama dalam
mengidentifikasi karakter, dan mengembangkan silabus sesuai dengan kebutuhan
daerah, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Oleh karena itu,
pembelajaran yang dilakukan akan memberikan makna bagi setiap peserta didik
dalam mengembangkan potensinya masing-masing. [11]
Dalam
pelaksanaannya sistem nilai yang harus di sampaikan kepada peserta didik, harus
memuat baik nilai lokal,
nilai nasional, maupun nilai global. Sehingga peserta didik tidak hanya mampu
memahami dan bertindak sesuai dengan tuntutan lokal, dan nasional, tetapi juga di
persiapkan untuk berpikir secara global.[12]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Strategi dalam pendidikan diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan yang di desain
untuk mrncapai tujuan pendidikan tertentu. Untuk
membentuk suatu akhlak yang mulia dalam diri setiap siswa
terdapat tiga strategi yaitu : Moral
Knowing/Learning to know, Moral
Loving/Moral Feeling, Moral
Doing/Learning to do.
Dalam Diknas Nomor 19 Tahun 2005
mengatakan bahwa proses pembelajaran pendidikan di selenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik, serta psikologis peserta didik.
Untuk Mengembangkan
strategi interaksi berbasis karakter dapat dilakukan dengan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam sistem
pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Majid,
Abdul. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2012.
Samani,
Muchlas, dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Adisusilo,
Sutarjo. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2012.
Muslich,
Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional.
Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011.
Muyasa,
Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011.
[1] Sutarjo Adisusilo, J.R, Pembelajaran
Nilai Krakter (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 85.
[2] Muchlas Samani, hariyanto, Konsep
dan Model Pendidikan Karakter (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
444.
[3] Ibid, hlm. 86.
[4] Abdul Majid, Pendidikan
Karakter Perspektif Islam (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 112.
[5] Ibid, hlm. 87.
[6] Abdul Majid, Pendidikan
Karakter Perspektif Islam. hlm. 112.
[7] Masnur Muslich, Pendidikan
Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2011), hlm. 175.
[8] Abdul Majid, Pendidikan
Karakter Perspektif Islam. hlm. 112..
[9] Abdul Majid, Pendidikan
Karakter Perspektif Islam. hlm. 118.
[10] Ibid, hlm. 90.
[12] Mulyasa, Manajemen Pendidikan
Karakter (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), hlm. 71.
0 komentar:
Posting Komentar