1.1.Latar
Belakang
Kemunculan tiga kerajaan Islam
yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di
India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban islam.
Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman
Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan
tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun
1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar
(1542-1605 M).
Seperti takdir yang telah Allah
tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah
kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah
pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu,
masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab
kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Demikian
pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang telah banyak memberikan kontribusi
bagi perkembangan peradaban Islam. Selain itu juga ada masa kemajuan yang
terjadi di setiap kerajaan tersebut, yang dari masing-masing kerajaan
berbeda-beda dalam kemajuannya.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Asal Usul Kerajaan Mughol?
2. Seperti
apa pemerintahan kerajaan Mughal?
3. Bagaimana
Sistem politik dan militer kerajaan Mughol?
4.
Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mughol?
5. Kemunduran Dan Kehancurannya
Kerajaan Mughol?
PEMBAHASAN
2.1.
Asal-usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan
dari kesultanan Delhi.[1]
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada
dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini
justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai
masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti
Abbasiyah.
Kerajaan Mughal didirikan oleh
Zahiruddin Babur salah satu dari cucu Timor Lenk.[2]
Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang
tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan
menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengan pada masa itu.
Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja
Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494 M.
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul,
ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan
ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis
sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim
Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul.
Meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lodi di Delhi. Dan
permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil
menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya
menuju Delhi. Pada tanggal 2 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang Dahsyat
di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran
itu. Babur menjadi pemenang dan menegakkan pemerintahannya disana. Dengan
demikian berdirilah kerajaan Mughal di India.
Setelah kerajaan Mughol berdiri, raja-raja Hindu
diseluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur.
Namun, pasukan Hindu dapat dikalahkan Babur. Pada tahun 1530 M, Babur meninggal
dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun. Dan pemerintahan
selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayyun.
2.2.Pemerintahan Kerajaan Mughal
a.
Pemerintahan
Babur
Zahiruddin
Babur adalah raja pertama sekaligus pendiri kerajaan Mughal.[3]
Masa kepemimpinannya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal
kepemimpinannya, Zabur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya
dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya kerajaan Mughal. Orang-orang
Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan
mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit
kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada
pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529.
Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
b.
Pemerintahan
Humayun
Periode
pemerintahannya banyak diwarnai kerusuhan dan berbagai pemberontakan. Pada tahun
1539 M, Sher Khan Suri menginvasi pemerintahan Humayun di Delhi. Pasukan
Humayun hancur dan negara dalam kondisi tak menentu sedangkan Humayun berhasil
meloloskan diri dan diterima baik oleh Sultan Syafawi. Shah Tahmasph yang
kemudian membantu memberinya pasukan militer sebanyak 12.000 dan kemudian
terkumpul menjadi 14.000 orang. Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di
Delhi. Pada tahun 1555 M ia menyerbu Delhi yang saat itu diperintah Sikandar
Sur. Akhirnya ia bisa memasuki kota ini dan ia bisa memerintah kembali sampai
tahun 1556 M. Pada tahun 1556 M, ia meninggal dunia dan digantikan oleh
putranya yang bernama Jalaludin Muhammad Akbar.
c.
Pemerintahan
Akbar
Akbar
adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai
masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di
India.
Ketika
menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh
urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah.
Diawal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan
Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling
mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang
menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi.
Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah
peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat
dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior
dapat dikuasai penuh.
Setelah
Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam
Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M.[4]
Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun
program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar,
Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orisca, Deccan, Gawilgarh,
Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam
suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan
ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan
besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul[5]
sebagai gerbang kearah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah
Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su’ud, dengan
keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan negara bangsa (nasional).
Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi
bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan
Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
d.
Pemerintahan
Jahangir
Pemerintahan
Jahangir adalah masa-masa stabil. Ia memerintah didasarkan pada pandangan yang
pragmatis dalam melihat sebuah fungsi kepemimpinan. Menurutnya kedaulatan raja
adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian, tidak begitu menjalankan hukum Tuhan
(syari’ah). Yang diperlukan adalah bagaimana memelihara kelestarian kehidupan
duniawi ini, dan Tuhan memilih seorang pemimpin itu.
Ia
menerapkan hukum islam hanya sebatas pada lembaga pengadilan saja seperti pada
masa ayahnya (Akbar). Dalam kasus umum, hukum islam hanya berlaku bagi umat
islam, sedangkan hukum kriminal berlaku bagi seluruhnya. Jahangir adalah sultan
yang toleran dan sekuler serta punya kebijakan-kebijakan politik yang liberal,
seperti yang diteladani dari ayahnya.
e.
Pemerintahan
Syeh Jehan
Bibit-bibit
disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahan Syeh Jehan. Hal ini sekaligus
menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya,
Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacu keamanan, namun
berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan
yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur
dari provinsi bagian selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada
tahun 1631, pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada
masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Disamping
mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak
untuk dibaptis masuk agama kristen. Tahun 1632, Shah Jehan berhasil mengusir
para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan
meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya,
terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar
Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
f.
Pemerintahan
Aurangzeb
Aurangzeb
menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas muslim India
nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal
sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Periode ini merupakan masa
konsolidasi II kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri
Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur
akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.[6]
Raja-raja
pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu
mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb
mengawali kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal.
Bahadur
Syah mengganti kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan
antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut
dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan
meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan
ini tentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran
yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia
menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh
oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian
mengangkat Muhammad Syah. Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di
bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan
terjadinya perebutan kekuasaan ini selai memperlemah kerajaan juga membuat
pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah
berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan
pusat.
2.3.Sistem
Kerajaan Mughol Dalam Bidang Politik Dan Militer
Sistem yang menonjol adalah politik sulh e-kul atau
toleransi universal. Sistem tersebut sangat tepat karena mayoritas masyarakat India
adalah Hindu, sedangkan Mughal adalah sistem Islam. Di sisi lain terdapat juga
rasa atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang merupakan produk
dari system ini adalah Din-i-Ilahi dan Mansabdhari.
Di bidang militer, pasukan Mughol dikenal sebagai pasukan
yang kuat. Mereka terdiri dari pasukan gajah, berkuda dan meriam. Wilayahnya
dibagi dalam system distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai oleh sipah
salar dan sub distrik dikepalai oleh Faujdar. dengan system inilah
pasukan Mughal berhasil menaklukkan daerah-daerah disekitarnya.
2.4. Kemajuan
yang Dicapai Kerajaan Mughal
Bidang
Politik dan Administrasi Pemerintah
a. Perluasan
wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa
pemerintahan aurangzeb.
b. Menjalankan
roda pemerintahan secara militeristik.
c. Pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandar). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bereorak kemiliteran.
d. Akbar
menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua
rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan
agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekan oleh
penguasa islam.
e. Para
pejabat dipindahkan dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan
mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah
sebidang tanah yang diperuntukan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai.
2.5.Kemunduran Dan Kehancurannya
Banyak
faktor penyebab kemunduran dan kehancurannya, antara lain:
- Perebutan
kekuasaan antara keluarga. Hampir semua keturunan Babur umumnya memiliki
watak yang keras dan ambisius sebagai keturunan Ttimur Lenk yang juga
wataknya demikian.
- Pemberontakan
oleh umat hindu. Umat hindu yang mayoritas dan umat Islam yang minoritas
tapi memegang otoritas kekuasaan. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan
sebagian garis keras orang-orang hindu kepada pemerintahan Islam.
Pemberontakan-pemberontakan dari pihak hindu beberapa kali terjadi seperti
yang dipimpin oleh Hemu di Delhi dan Agra masa Akbar I, pemberontakan yang
dipimpin oleh guru Tegh Bahadur di masa Aurangzeb, Pemberontakan di
Panipat yang dipimpin oleh Rraja Udaipur, dll.
- Serangan
dari kerajaan atau kekuatan luar. Serangan pihak luar semula dilakukan
oleh Raja Safawi di Persia, kemudian dari Afghanistan. Pangkal
perselisihan antara Mughal dan Safawi karena rebutan daerah Kandahar.
- Kelemahan
Ekonomi. Kemunduran politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa
Barat untuk menguasai jalur perdagangan. Akhirnya terjadilah persaingan
dagang di pantai selatan India antara Inggris, Portugis, Belanda dan
Perancis, yang dimenangkan Inggris. Selanjutnya Inggris melalui
Persyarikatan Dagang India Timur atau The East India Company (EIC)
menguasai perdagangan India.
- Intervensi
Politik dan Militer dari kekuatan imperialis Barat. Konflik laten antara
kekuasaan Islam dengan umat hindu dimanfaatkan oleh Barat dengan melakukan
politik devide et impera.
- Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris
di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan
maritim Mughal.
- Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan uang negara.Pendekatan Aurangzeb yang
terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan
asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya
- Semua
pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan.
KESIMPULAN
Zahiruddin Babur adalah raja
pertama sekaligus pendiri kerajaan Mughal. Akbar adalah raja Mughal paling kontroversial.
Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal
sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India.
Raja-raja pengganti Aurangzeb
merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan
politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan
kehancuran kerajaan Mughal.
Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap
khazanah kebudayaan India. Sepertinya tepat yang ditulis oleh Roger Garaudy
bahwa “Islam telah membawakan kepada manusia suatu dimensi transenden
(ketuhanan) dan dimensi masyarakat (umat) .
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India
dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.Kemajuan yang
dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban
dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi
(sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah
kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara
eksklusif.Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari
elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya
kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
DAFTAR PUSTAKA
M. Abdul
Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban
Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007
Tarikh,
Ali K. Sejarah
Islam Pra Modern. Jakarta
: Srigunting, 2000
Thohir, Ajid. Perkembangan
Peradaban di Kawasan Dunia Islam
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada,1993
[1] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada,1993), hal.147
[3] M.
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hlm. 314
[5] Ali K. Tarikh, Sejarah Islam Pra Modern, (Jakarta :
Srigunting, 2000), hlm. 354.
[6] Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan
Dunia Islam, hlm. 203
0 komentar:
Posting Komentar