A.
LATAR
BELAKANG
Gambaran
tentang orang Indonesia yang ramah, berbudaya, dan berbudi pekerti yang luhur
telah memudar. Kesan yang muncul adalah kekerasan, dan tindakan tidak manusiawi
terjadi hampir diseluruh pelosok negeri dan berlangsung dalam waktu yang lama.
Hal ini salah satu faktornya terjadi dikarenakan kegagalan dalam menanamkan
pendidikan nilai dan kerjasama serta keperdulian masyarakat.
Ketika
ingin menumbuhkan nilai-nilai dalam masyarakat dibutuhkan kerjasama antar masyarakat
agar dapat menjadi masyarakat yang baik dan berbudi pekerti yang luhur. Selain
itu diperlukan juga keperdulian antar masyarakat yang berbasis karakter agar
dapat menjadi masyarakat yang baik, ramah dan akhlak mulia yang lainnya. Akan
tetapi bagaimana cara menumbuhkan kerjasama serta keperdulian masyarakat yang
berbasis karakter?
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian kerjasama, kepedulian, dan karakter?
2. Bagaimana
Pentingnya membangun karakter?
3. Bagaimana
manusia sebagai makhluk individu dan social?
4. Bagaimana
Membangun kerjasama / kepedulian masyarakat berbasis karakte
A.
PENGERTIAN
KERJASAMA, KEPEDULIAN, DAN KARAKTER
Dalam bahasa Inggris kata kerjasama disebut
sebagai cooperation. Kerjasama adalah suatu usaha antara perorangan
atau kelompok manusia diantara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga
mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Pengertian kerjasama
dijabarkan ke dalam beberapa dimensi, antara lain:
1. Sebuah
tindakan atau bekerja bersama untuk mencapai tujuan atau keuntungan bersama;
bertindak bersama
2. Bantuan aktif dari orang/organisasi/kelompok
lain (entah itu banyak atau sedikit).
3. Kerjasama
dalam pandangan ekonomi, merupakan gabungan individu yang saling membantu untuk
mencapai hasil produksi, pembelian atau distribusi demi keuntungan bersama.
4. Kerjasama
dalam pandangan sosiologi adalah aktifitas yang dilakukan bersama demi mencapai
hasil yang saling menguntungkan.
5. Kerjasama
dalam pandangan Ekologis, berarti interaksi saling menguntungkan antara
organisme hidup dalam sebuah wilayah terbatas.
Kepedulian ialah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain.
Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam menentukan tingkat
kepedulian sosial kita.
Karakter didefinisan oleh Ryan dan Bohlin,
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahi kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good ).
Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu sering kali dirangkum dalam sederet
sifat-sifat baik. Dengan demikian, maka pendidikan karakter adalah sebuah upaya
untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku.[1]
(Hornby & Parnwell, 19972: 49) karakter adalah
kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Hermawan
Kertajaya (2010: 3) mendifinisikan karakter adalah “ ciri khas” yang dimiliki
oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut ialah “asli” dan mengakar
pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong
bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.[2]
B.
PENTINGNYA
MEMBANGUN KARATER
Krisis Akhlak disebabkan oleh tidak
efektifnya pendidikan nilai dalam arti luas (dirumah, disekolah, diluar rumah,
dan sekolah). Karena itu, dewasa ini banyak komentar terhadap pelaksanaan
pendidikan nilai yang dianggap belum mampu menyiapkan generasi muda bangsa menjadi
warga Negara yang lebih baik. Pendidikan nilai mencakup kawasan budi
pekerti, nilai, norma, dan moral. Budi
pekerti ialah buah dari budi nurani. Budi nurani bersumber pada moral moral
bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada alam pikiran (BP-7,1993:25).
Karakter yang berkualitas perlu
dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi
pembentukan karakter seseorang. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian
yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah pada masa
dewasanya kelak.
Pembentukan karakter harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek
“knowledge, feeling, loving, dan action”. Pembentukan karakter diibaratkan
sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang
memerlukan “latihan otot-otot akhlak” secara terus menerus agar menjadi kokoh
dan kuat.
Thomas Lickona (1991)
mendifinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam
merespon situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata
melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang
lain dan karakter mulia lainnya. Dapat disimpulkan bahwa karakter sangat
memberi kontribusi untuk menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang baik dan
berkarakter.[3]
C.
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur
fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia
individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai
individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur
fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing
memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak
lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau
seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut
berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik
seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di
mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi
sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih
besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang
saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,
selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan
lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini
berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya
tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang artinya manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu dibutuhkan
kerjasama dan kepedulian dalam menjalankan kehidupan.
Anggota keluarga adalah orang yang terdekat dengan kita. Setiap hari kita
berkumpul dengan keluarga. Selain keluarga kita juga hidup dalam lingkungan
masyarakat, baik di lingkungan sekolah, tetangga, komplek, dan lingkungan
lainnya. Kita harus selalu rukun dengan orang yang berada di sekitar kita. Kita
bisa bekerja sama kalau rukun. Hidup rukun termasuk perilaku gotong royong.
Gotong royong artinya bekerja sama saling membantu. Bekerja sama tidak
mengharap imbalan.
H. Kusnadi (2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian kerja sama
mempunyai beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:
1.
Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan
dan peningkatan produktivitas.
2.
Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat
bekerja lebih produktif, efektif, dan efisien.
3.
Kerja sama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya
operasionalisasi akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan
bersaing meningkat.
4.
Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis
antarpihak terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
5.
Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan
semangat kelompok.
6.
Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan
yang terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan
melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.
D. MEMBANGUN
KERJASAMA / KEPEDULIAN MASYARAKAT BERBASIS KARAKTER
Sebagai makhluk sosial
manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini
tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi
kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara alamiah, manusia melakukan
interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup
lainnya. Oleh karena itu, salah satu kunci sukses suatu kegiatan adalah sukses
dalam kerja sama.
Kerjasama adalah usaha bersama antar individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Beberapa bentuk kerjasama antara lain:
a. Kerjasama
spontan yaitu, kerjasama serta merta, tanpa adanya perintah atau tekanan
tertentu
b. Kerjasama
langsung yaitu, kerjasama yang berasal dari perintah atasan atau penguasa
c. Kerjasama
kontrak yaitu, kerjasama atas dasar atau perjanjian tertentu
d. Kerjasama
tradisional yaitu, kerjasama sebagai system social. Misalnya gotong royong
Apabila
dilihat dari pelaksanaan, kerjasama memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Kerukunan,
yaitu kerjasama yang meliputi gotong royong dan tolong menolong
b. Bargaining
yaitu, pelaksanaan pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih
sesuai perjanjian
c. Kooptasi
yaitu, proses penerimaan nsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau unsur politik
dalam ogranisasi demi kesetabilan organisasi yang bersangkutan
d. Koalisi
yaitu, perpaduan dua organisasi atau lebih dengan tujuan yang sama
e. Jointh-venture
yaitu, kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
Pembangunan pada dasarnya merupakan proses upaya
terencana yang ditujukan bagi perbaikan dan kemaslahatan masyarakat secara
berkeadilan.Bentuk kerjasama dalam penerapan pendidikan karakter yang sangat
erat kaitannya dengan pendidikan agama ialah:
1.
Bentuk kerjasama
informal individual, dimana kerjasama ini didasarkan oleh rasa keinsyafan,
kedua belah pihak akan pentingnya menjalin kerjasama diantara keduanya
2.
Formil
organisatoris, bentuk penyelenggara pendidikan organisasi, seperti Badan
Pembantu Penyelenggara Pendidikan (Komite Sekolah/Majlis Madrasah).[4]
Seseorang dengan kepedulian dan kepekaan social yang
tinggi seraya menyadari bahwa setiap harta yang dimiliki oleh seseorang
terdapat hal orang lain yang harus dipenuhi. Bahkan Rasulullah SAW begitu marah
apabila terdapat umatnya yang perutnya kenyang sedang dia membiarkan terdapat
tetangganya yang kelaparan. Oleh karenanya Islam mengajarkan untuk menunaikan
zakat, mengingat zakat hakikatnya adalah membersihkan harta. Bahkan penunaian
zakat ini menjadi salah satu tiang dari agama Islam (rukun Islam) yang wajib
ditunaikan dan dilaksanakan oleh umat Islam. Hal ini karena Allah SWT ingin
benar- benar memastikan bahwa seorang muslim harus memiliki sebuah karakter
yang tinggi berupa kepekaan dan kepedulian kepada sesame sehingga mereka merasa
memiliki tanggung jawab yang tinggi tidak hanya kepada dirinya, tetapi juga
tanggung jawab terhadap sekitarnya,orang lain dan masyarakat.
Seorang pemimpin yang besar ialah dia yang mampu
menggunakan hatinya untuk peduli dan peka terhadap berbagai persoalan umat
maupun masyarakat yang dipimpinnya. Kepedulian dan kepekaan merupakan wujud
tanggung jawab kepemimpianan yang diembankan pada dirinya.
Empati adalah suatu suasana sikap psikologi pribadi
yang berusaha untuk menempatkan diri pada suasana psikologi orang lain. Empati
mencerminkan kesediaan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain.[5]
Empati memang sangat tipis batasnya dengan kepedulian dan kepekaan atas apa
yang terjadi pada orang lian, karena kedua hal ini bersumber dari asal yang
sama yaitu semangat untuk memenpatkan diri kita pada orang lain yang tidak
semata hanya berfikir mengenai dirinya sendiri.
Lihatlah apa yang dilakukan Umar bin Khatab RA. Terhadap pencuri yang kemudian dibebaskan
oleh Umar karena alasan bahwa motif dia mencuri karena dia tidak memiliki
sesuatu apapun yang dapat dia makan dengan keluarganya. Umar tahu bahwa mencuri
ialah perbuatan melanggar dan harus dikenakan sanksi berupa potong tangan.
Namun pemahamannya akan penderitaan orang lain kemudian mendorongnya untuk
membebaskan sang pencuri itu.
“ Dikisahkan disebuah
desa, hiduplah dua orang sahabat . keduanya sma-sma telah hidup sebatang kara
dan tidak mempunyai snak saudara lagi. Apa yang menyatukan mereka? Cacat dan
keterbatasan fisik. Si lumpuh, begitu orang biasa memanggil namanya, adalah
seorang tua renta yang telah mengalami kelumpuhan sejak usia balita. Ia tidak
bisa pergi kemana-mana tanpa dipapah orang lain. Untuk dapat makn sehari- hari
saja, ia sangat bergantung kepada belah kasihan orang. Sementara sahabatnya, si
buta,lelaki paruh baya yang menderita kebutaan sejak lahir. Sudah sejak
beberapa tahun terakhir, kedunya tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, dan
hidup berpindah-pindah.
Ada hal yang menyentuh
hati semua orang yang melihat mereka berdua. Si buta berhati mulia, tidak tega
meninggalkan si lumpuh sendirian tanpa ada orang yang merawatnya. Maka,
ditengah keterbatasannya sendiri, ia pun merelakan menggendong orang tua yang
sudah dianggap seperti ayahnya sendiri itu, setiap kali mereka harus pindah
dari satu tempat ketempat yang lain. Si lumpuh kemudian berperan sebagi penunjuk
jalan, memberikan aba-aba kepada si buta, arah mana yang mereka tempuh.
Demikianlah, selam bertahu –tahun, keduanya menjalani kehidupan mereka dengan
cara itu.
Kisah diatas memberikan
sebuah illustrasi pada diri kita tentang arti dari sebuah kerjasama. Setiap
diri kita tentu memiliki beragam keinginan dan kebutuhan namun pada saat yang
bersamaan kita memiliki keterbatasan dan ketidakberdayaan dalam memenuhi segala
kebutuhan dan keinginan itu.[6]
Tahap pembentukan tim efektif
1)
Tahap Forming
Pada tahap ini masing-masing individu masih belum saling mengenal denga
baik (tahap awal perkenalan individu) dan masih mencoba untuk saling mendekati
diri agar dapat saling mengenal antar invidu.
2)
Tahap Storming
Dalam tahap ini individu-individu sudah mulai mengenal yang lain,
sehingga muncul beberapa hal yang menurut dirinya tidak ideal seperti yang dia
inginkan, muncul masalah dalam hubungan antar pribadi. Maka pada tahap ini,
individu atau kelompok mulai mencoba mengatasi masalah dalam tubuh sendiri.
3)
Tahap Norming
Yaitu tahap masa percobaan dalam membina hubungan antar individu. Pada
tahap ini masing- masing individu mulai mencoba menjalin hubungan yang baik
dengan membuat kesepakatan bersama tentang nilai-nilai yang mungkin dalam
melanggengkan kerja dalam kelompok tersebut.
4)
Tahap Performing
Setelah antar individu terjadi kesepakatan dan mulai mengenal dengan baik
serta mulai memahami dan menghargai antar karakter dan posisi masing-masing,
maka di sinilah mulia terlihat efektivitas saling bekerja sama.
5)
Tahap Maturity
Tahap kedewasaan yang ditandai dengan upaya saling memahami, menghargai,
membantu secara positive, dan selalu melakukan sesuatu yang terbaik dan
memberikan kemanfaatan yang banyak kepada orang lain.[7]
Kiat praktis membangun kerjasama yang efektif
a.
Milikilah nilai- nilai dan Visi yang disepakati bersama
b.
Ciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi
c.
Biasakan berfikir positif antar sesama
d.
Bangunlah sikap saling memahami dan saling pengertian.
e.
Berempatilah, maka akan terlahir simpati
f.
Ciptakan organisasi positif
g.
lakukan
KESIMPULAN
Kerjasama adalah suatu usaha antara perorangan atau
kelompok manusia diantara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga
mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Kepedulian ialah minat atau ketertarikan kita untuk
membantu orang lain. Lingkungan terdekat kita yang berpengaruh besar dalam
menentukan tingkat kepedulian sosial kita. karakter adalah
kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur
jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Manusia
sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan
sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Pembangunan pada dasarnya
merupakan proses upaya terencana yang ditujukan bagi perbaikan dan kemaslahatan
masyarakat secara berkeadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Majid
Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya Offset,2012.
Saleh
Muwafik, Membangun Karakter dengan Hati Nurani: pendidikan karakter untuk
generasi bangsa, Erlangga,2012.
Lickona Thomas. Educating
for Character. Newyork, Terjemahan oleh Juma Abdu Wamaungo. Jakarta:Bumi
Aksara,1991.
Muslich
Masnur, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta:
BUMI AKSARA,2011.
[1]
Abdul Majid, dan Dian
Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya Offset,2012)hlm.11
[2]
Abdul Majid, dan Dian
Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya Offset,2012)hlm.11
[3] Thomas Lickona.(1991) Educating
for Character. Newyork,Bantam
[4]
Abdul Majid, dan Dian
Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya Offset,2012)hlm.11
[5] Muwafik Saleh, Membangun
Karakter dengan Hati Nurani: pendidikan karakter untuk generasi bangsa,
Erlangga,2012.hlm.225
[6]
Saleh
Muwafik, Membangun Karakter.,375-376
0 komentar:
Posting Komentar