A.
Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwa berbagai macam
kepercayaan dan aliran-liran kebatinan telah timbul di dalam masyarakat kita di
indonesia ini. Gerakan semacam ini banyak sekali, terutama tumbuh di Jawa
Tengah, tetapi ada juga dari daerah lain.
Menurut catatan resmi dari PAKEM
(Pegawas Aliran Kebatinan Masyarakat), di Jawa Tengah saja terdapat kurang
lebih 103 gerakan kebatinan yang tercatat, dan di Sumatra tidak kurang dari 96
gerakan.[1]
Berbagai ragam pula namanya. Ada
yang menamakan dirinya “ngelmu sejati”,
“Islam Hak”, “Agama Kuring” dan ada pula yang meluas sampai ke luar negeri
diantaranya Kebatinan Subud (Susila Budi
Dharma) yang dipipin oleh Pak Subuh. Orang dari luar negeri, baik dari luar
negeri, baik dari universitas-universitas ataupun darinkaum orientalist banyak
yang berkedatangan ke tanah air kita mengadakan riset tentang kebatinan itu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah mengenai Agama Yakin
Pancasila?
2. Apa saja nama-nama dari Agama Yakin
Pancasila?
3. Apa yang menjadi landasan dalam Agama
Yakin Pancasila?
4. Bagaimana ajaran dari Agama Yakin
Pancasila?
5. Bagaimana cara penyebaran Agama Yakin Pancasila?
PEMBAHASAN
A. Sejarah Agama Yakin Pancasila
Setelah Indonesia merdeka, lahirlah
organisasi PERMAI (Peri Kemanusiaan) pada tanggal 7 Nopember 1948 oleh Mei
Kartawinata.[2] Mei
Kartawinata ini sekaligus diangkat
sebagai Bapak Ruhani. Oleh karena itu aliran kepercayaan ini namanya banyak
sekali, orang-orang kadang-kadang menyebut Agama Kuring atau PERMAI, juga
disebut Agama Pancasila atau Peri Kemanusiaan. Di daerah Tulungaggung orang
menyebut Agama Petrap atau Traju Trisna, juga disebut Ilmu Sejati dan Jawi-Jawi
Mulya. Di Bandung sering dinyatakan
dengan nama Agama Yakin Pancasila atau Agama Sunda atau Perjalanan.
M. Kartawinata berasal dari Ciparai Bandung. Lahir pada tanggal 1 Mei 1987
di kebon Jati Bandung, Pendidikannya
Sekolah Rakyat atau HIS (Hollands
Inlands School) di zaman pemerintahan Belanda. Ketika masih remaja ia tinggal
bersama kakak iparnya dikediaman Sultan Kanoman Cirebon. Ia banyak mengetahui
ajaran kebatinan di kalangan keluarga keraton Cirebon, seperti ilmu sejati. Di
cirebon disinyalir bahwa M. Kartawinata terdapat hubungan yang erat dengan
Muhammad Ishak dan tinggal di Cirebon. Kedua orang ini namanya tercemar di
daerah Cirebon terutama pada zaman pendudukan Belanda tahun 1947/1948. Pada
waktu itu Muhammad Ishak mengajarkan ilmu yang disebut orang ilmu sambelun,
sehingga Muhammad Ishak juga dikenal dengan sebutan Kyai Sambelun. Kedua orang
tersebut tampak membantu Belanda yang ada di daerah Cirebon. Dengan demikian
orang banyak menaruh curiga juga
terhadap M. Kartawinata. Setelah itu M. Kartawinata kembali ke Subang dan
mendirikan aliran Perjalanan pada tahun 1927. Pada waktu di Cirebon dia
disinyalir membantu Belanda, sebaliknya di Subang ia memimpin perjuangan
melawan Belanda dengan menggunakan aliran Perjalanan sebagai sarananya.
Muhammad Ishak lahir pada tahun 1890
didesa Bodeh Plumbon Kabupaten Cirebon. Ia pernah belajar tarekat Nahdhatul
Arifin, yaitu tarekat yang memberikan tuntunan kepada seseorang yang ingin
mencapai makrifat billah, yaitu mengetahui Allah dengan sebenar-benarnya. Untuk
mencapai makrifat billah, seseorang harus mengetahui rahasia alif, lam, mim
yaitu Allah, Muhammad, Adam, sempurnanya harus mengetahui pula Al-qur’an dan hadist.
Akan tetapi bukan al-qur’an dan hadist dalam bentuk tulisan Arab yang ditulis
diatas kertas, melainkan tulisan yang sejati. Demikianlah yang disebut ilmu
sambelun.
Di samping memimpin aliran Yakin
Pancasila, Mei Kartawinata dalam kehidupan sehari-hari juga meiliki kemampuan
mengobati orang sakit secara tradisional tanpa meminta bayaran. Melalui sarana
inilah ia menyampaikan ajarannya kepada orang lain. Mei Kartawinata meninggal
pada tahun 1967 di Jalan Cikutra Cidadas Bandung.
Murid-murid M. Kartawinata terdapat di
Bandung, Majalengka, Sala, Bogor, Krawang, Tegal, Pekalongan, Pemalang dan
Brebes. Berkaitan dengan teman M.
Kartawinata yakni M.Rasyid dan Sumitra, namun riwayat hidup mereka tidak
diketahui dengan jelas. Pada tahun 1926 M, M. Rasyid dan Sumitra datang ke
Subang untuk bekerja di percetakan tempat dimana Mei Kartawinata bekerja. Yang
mana kedua orang tersebut memiliki ilmu kanuragan atau kesaktian. Sedangkan M.
Kartawinata tidak menyukai ilmu kanuragan. Yang terpenting bagi Mei Kartawinata
adalah hidup damai dan saling menghormati antara sesama. Ia selalu peduli
terhadap orang lain. Karena ia mempunyai kemampuan pengobatan alternatif, bila
ada orang sakit ia berusaha untuk mengobatinya.
B. Nama-nama Lain Agama Yakin Pancasila
Aliran yang didirikan pada tanggal 17
September 1927 di Cemerta Kabupaten Subang oleh Mei Kartawinata bersama dua
orang temannya, mempunyai nama lain, yaitu:
a. Aliran
Kuring, sebelum kemerdekaan. Mei Kartawinata ketika menerangkan ajarannya di
mana-mana selalu menyebut “ inilah Agama Kuring” (artinya agama saya),
maksudnya “agama asli Sunda”.
b.
“Permai” (perikemanusiaan), sesudah
kemerdekaan. Pada tanggal 7 November 1948, Mei Kartawinata diangkat sebagai
Bapak Rohani.
c.
“Agama Yakin pancasila” juga disebut
“Agama Sunda”, disebut lagi “Perjalanan” di Bandung.
d.
“Agama Petrap” juga disebut “Traju
Trisna”, disebut lagi “Ilmu sejati” dan “Jawa Jawi Mulya”. Di
Tulungagung.
C. Landasan Ajaran Agama Yakin Pancasila
Ajaran agama
yakin pancasila didasarkan pada wangsit yang diterima oleh Mei Kartawinta.
Ia menerima wangsit itu berkali-kali sampai ada sepuluh kali yang disebut Dasa
Wasita seperti berikut :
Wangsit pertama : “Janganlah dirimu dihina dan direndahkan oleh siapa
pun, sebab dirimu tidak lahir dan tidak besar oleh sendirinya, tetapi dirimu
dilahirkan dan dibesarkan penuh dengan cinta kasih ibu dan bapakmu. Bahkan
dirimu itu sendirilah yang melaksanakan segala kehendak dan cita-citamu yang
seyogyanya kamu berterima kasih kepadanya.”
Wangsit kedua : “Brang siapa menghina dan merendahkan dirimu, sama juga
artinya dengan menghina dan merendahkan ibu bapakmu bahkan leluhur bangsamu.”
Wangsit ketiga : “Tiada lagi kekuatan dan kekuasaan yang melebihi
kekuatan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, Belas dan Kasih. Sifat belas dan
kasih itu pun dapat mengatasi dan menyelesaikan segala pertentangan atau
pertengkaran, bahkan dapat memadukan paham dan usaha untuk mencapai tujuan yang
lebih maju serta menyempurnakan akhlak dan meluhurkan budi pekerti manusia.”
Wangsit keempat : “Dengan kagum dan takjub kamu menghitung tetesan air
yang mengalir yang menuju kesatuan mutlak, yaitu lautan sambil memberikan
manfaat kepada kehidupan manusia, binatang, pepohonan atau tetumbuhan. Akan tetapi kamu
belum pernah mengagumi dan takjub kepada dirimu sendiri yang telah
mempertemukan kamu dengan dunia beserta segala isinya. Bahkan kamu belum pernah
menghitung kedip matamu. Sungguh betapa nikmatnya apa yang kamu rasakan,
padahal semua itu sebagai hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa.”
Wangsit kelima : “Kemanpun kamu pergi dan di mana pun kamu berada Tuhan
Yang Maha Esa akan selalu bersama denganmu.”
Wangsit keenam : “Perubahan besar alam kehidupan manusia akan menjadi
pembalasan terhadap segala penindasan serta mencetuskan atau melahirkan kemerdekaan hidup
bangsa.”
Wangsit ketujuh : “Apabila pengetahuan disertai kekuatan raga dan jiwamu
digunakan secara salah untuk memuaskan hawa nafsu, akan menimbulkan dendam,
kebencian, pembalasan, dan perlawanan. Sebaliknya apabila pengetahuan dan
kekuatan raga dan jiwamu digunakan untuk menolong sesama akan menumbuhkan rasa
kasih sayang dan persaudaraan yang mendalam.”
Wangsit kedelapan : “Cintailah sesama hidupmu tanpa memandang jenis dan
rupa, sebab apabila telah meninggalkan jasad, siapa pun akan berada dalam keadaan yang sama. Ia tidak mempunyai
daya dan upaya. Justru selama itu, selama kamu masih hidup, berusahalah agar
kamu dapat memelihara kelangsungan hidup sesama sesuai dengan kodrat-Nya
menurut kehendak Tuhan Yang Maha Esa.”
Wangsit kesembilan : “Batu di tengah sungai, jikalau olehmu digarap
menurut kebutuhan, kamu menjadi kaya karenanya. Dalam hal itu yang membuat
seseorang kaya raya bukanlah pemberian batu itu, tetapi yang membuat kaya raya
adalah hasil kerjamu sendiri.”
Wangsit kesepuluh : “Geraklah untuk kepentingan sesamamu, bantulah yang
sakit untuk mengurangi penderitaannya. Kemudian hari akan tercapailah
masyarakat kemanusiaan yang menggerakkan kemerdekaan dan kebenaran” (Rozak,
2002:178-185).
Dari
kesepuluh
butir Dasa Wasita di atas, semuanya
berisi ajaran moral sebagai pedoman hidup manusia dalam hidup bersama,
khususnya anggota atau warga aliran agama yakin pancasila. Setelah wangsit itu diterima, maka
didirikan aliran Perjalanan. Nama perjalanan tampaknya diambil dari gambaran
air yang mengalir mulai dari sumbernya melalui sungai sampai akhirnya ke
lautan. Sepanjang perjalanan, air telah memberikan unsur yang sangat dibutuhkan
bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia. Gambaran perjalanan air
ini sebagai ibarat perjalanan kehidupan manusia sebagai individu agar
senantiasa berdarma bakti dan berbuat baik kepada sesama untuk mencapai
kesejahteraan bersama. Konsep ini juga dipandang selaras dengan konsep
Pancasila yang mengandung makna sosial religius. Karenanya aliran Perjalanan
juga dipandang mempunyai peranan dalam kehidupan negara yang berdasarkan
Pancasila. Berdasarkan konsep ini pulalah agaknya, aliran ini disebut “Agama
Yakin Pancasila”.
D. Ajaran Agama Yakin Pancasila
Agama yakin pancasila berasaskan
pancasila, ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, menjunjung tinggi segala agama
dan menghormati segala bangsa dengan jalan perikemanusiaan menuju keselamatan
dunia akhirat untuk tiap warganya.
Aliran kebatinan “agama yakin pancasila” mempunyai pedoman hidup sejarah diri dan
dalam kehidupan bernegara yang harus sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 dan
tidak boleh menyimpang dari dua dasar tersebut dan aliran kebatinan Perjalanan
tidak mempunyai kitab seperti aliran kebatinan lainnya, misalnya kebatinan
Pangestu memakai kitab Sasangko Jati, dan Sapto Darmo menggunakan Kitab Cendro.
Aliran Kebatinan “Perjalanan” meyakini bahwa setiap manusia adalah kitab yang
ditulis oleh Tuhan.
Ajaran yang diberikan diambilkan dari
ajaran agama Islam dengan tafsiran semaunya sendiri. Kalau melihat asas
penjelasannya dan tujuannya baik sekali, tetapi di dalam penjelasannya sering
menyinggung agama Islam seperti apa yang telah diterangkan diatas, bahwa Islam
adalah agama impor dari Arab. Murid-muridnya dilarang mengucapkan Assalamu’alaikum dengan tafsiran siapa salah dihukum. Juga tidak boleh
membaca Bismillahirahmanirrahim, harusnya.
“Bis
ala ya ala, saimah jadi manusa. .
. . . .les,” artinya
“Bis
ala ala, satu rumah menjadi manusia,
kemudian hilang.”
Sembahyangnya sewaktu-waktu saja asal
niat jadi dan sah, tempatnya dimana saja, waktu mengambil air sembahyang
mengucapkan : Masa a kajaro, masa a
keluar, Gusti Allah anu muji, Gusti Pangeran anu dipuji, artinya: Masakan (Manabisa) a masuk dan keluar, Allah yang
dipuji Tuhan yang memuji.
Semua ajaran yang diberikan M.
Kartawinata ada kecenderungan anti Islam, oleh karena itu sering menimbulkan
keributan atau kegaduhan.
a. Ajaran Tentang Tuhan dan Penciptaannya
Menurut
ajaran Aliran Yakin Pancasila, Tuhan memiliki sejumlah nama, yaitu: Hyang
Mahaagung, Hyang Maha Murba, Hyang Sukma, Hyang Widi, Hyang Manon, Hyang Maha
Adil, dan lain-lain.
Tuhan
dalam ajaran aliran ini disamping memiliki sejumlah nama juga memilki sejumlah
sifat sebanyak 13, yaitu: wujud, terdahulu, kekal abadi, beda, mandiri,
tunggal, mahakuasa, mahakersa, mahatahu, mahahidup, mahadengar, mahalihat, dan
mahaucap. Sifat-sifat tersebut juga identik dengan 13 sifat Tuhan di dalam
ajaran Islam yaitu: wujud (ada), qidam (dahulu tanpa permulaan), baqa (kekal),
mukhalafah lilhawadisi (berbeda dengan segala yang baru), qiyamuhu binafsihi
(berdiri sendiri), wahdaniat (esa), qudrat (kuasa), iradat (berkehendak), ilmu
(mengetahui), hayat (hidup), sama’ (mendengar), bashar (melihat), dan kalam
(berkata).
Berdasarkan nama yang menyertakan kata “Hyang” dan sifat Tuhan yang
terdapat di aliran perjalanan tampak sedikit unsur Islam dan Hindu. Hal ini
dianggap wajar, dikarenakan Mei Kartawinata (pendiri aliran Perjalanan) pernah
hidup dilingkungan kraton Cirebon. Selain itu ia juga pernah belajar di
pesantren dan mempelajari ilmu ahli sunah.
Menurut aliran ini, Tuhan merupakan pencipta alam semesta seisinya.
Tuhan memulai penciptaan dengan menciptakan panas matahari , rasa dingin,
kemudian air. setelah diciptakan air, kemudian muncul kehidupan pasda
tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Menurut aliran kepercayaan ini ada
ketergantungan antara binatang, manusia, tumbuhan dan alam semesta yang disebut
dengan hukum kehidupan nyakra manggilangan atau tumimbal lahir (kelahiran
kembali).
b.
Ajaran
Tentang Manusia
Konsep manusia menurut aliran agama yakin pancasila, manusia tercipta
dari badan jasmani dan rohani. Kemudian Tuhan juga menciptakan Aku (ingsun)
yang mewakili kesadaran akan dirinya. Melalui kesadaran Aku ini, manusia mampu
menjadi kawula Gusti atau abdi Tuhan, yang wajib kumawula atau mengabdi kepada
Tuhan, wajib bersifat kewalian (seperti wali), kegurujatian (seperti guru
sejati), kerasajatian (memiliki rasa sejati), dan kegustian (seperti gusti).
Oleh karena itu,
manusia dalam ajaran agama
ini dilarang
melakukan tujuh M, yaitu main (berjudi), maling (mencuri), madon (melacur),
mabok, madat, maksiat, dan mateni (membunuh). Menurut agama ini bila
manusia dapat memelihara rasa jatinya dan kesucian batinnya, maka ia akan
kembali ke jatinya, pulang ke asalnya.
c. Ajaran
Tentang Mistik
Di dalam agama
Yakin Pancasila sebenarnya juga mengandung ajaran mistik walaupun
tidak dijelaskan secara luas. Ajaran tentang mistik ini tampak di dalam wangsit
keempat dan kelima, sebagai berikut.
Di dalam wangsit keempat disebutkan: “Dengan kagum dan takjub kamu
menghitung tetesan air yang mengalir menuju kasatuan mutlak yaitu lautan…”
kemudian di dalam wangsit yang kelima disebutkan: “Ke mana pun kamu pergi dan
di manapun kamu berada Tuhan Yang Maha Esa akan selalu bersama denganmu”
Ajaran tentang manusia, bahwa kesatuan hamba dengan Tuhan yang disebut “rasa
kejatian” (memiliki rasa sejati) dapat tercapai ketika kesadaran Aku-manusia
akan Tuhannya selalu kumawula (mengabdi kepada Tuhan).
Untuk itu, kesadaran Aku-manusia harus dilatih penghayatannya dengan jalan
membersihkan batinnya dari pengaruh sagala nafsu yang buruk yang dapat
mengotori perasaannya. Penghayatan seperti ini harus dilatih terus-menerus
secara berkelanjutan, hingga tercapai apa yang disebut “rasa kajatian”. Melalui
rasa kejatian, seseorang akan dapat menghubungkan hidup Akunya dengan Yang Maha
Hidup, sehingga diperoleh kekuatan Ilahi yang dapat mempertajam pikiran dan
memperhalus perasaan. Kekuatan dan pancaran Ilahi ini merupakan daya spiritual
yang dapat dimanfaatkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dapat hidup manunggal dengan sesamanya.[3]
E. Cara Penyebaran Agama Yakin Pancasila
Cara menyebarkan agama yakin pancasila
ini metodenya seperti metode penyebaran aliran sapta darma, yaitu dengan cara
memberikan obat-obatan kepada orang yang sedang sakit, dengan memberikan air
dengan tanpa meminta bayaran. Diantara kalangan mereka yang sembuh membentuk
propaganda yang aktif sekali di dalam kalangan aliran kepercayaan ini karena
tidak ada batas antara laki-laki dan perempuan, sehingga sering terdapat
perbuatan cabul. Hal inilah yang menjadi noda dalam kalangan M. Kartawinata.
Orang-orang yang telah tergabung didalam aliran ini tidak boleh keluar dari
organisasinya, apabila keluar dianggap penghianat.
Aliran yakin pancasila yang merupakan
kepercayaan asli orang sunda ini disebarkan oleh M. Kartawinata dengan
memanfaatkan kemampuannya mengobati orang sakit secara tradisional tanpa
memungut biaya. Oleh karena itu masyarakat banyak yang simpati dan mengikuti
aliran tersebut.
Di Subang Mei Kartawinata memimpin
perjuangan melawan Belanda dengan menggunakan aliran Perjalanan sebagai sarana.
Dari situlah masyarakat mulai mengikuti aliran yakin pancasila.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dari sini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sejarah Agama Yakin Pancasila adalah
aliran yang dicetuskan oleh Mei Kartawinata.
2. Nama lain dari Agama Yakin Pancasila
antara lain Aliran Kuring, Permai, Agama Sunda, Agama Petrap, Traju Trisna,
Ilmu Sejati, dan Jawa Jawi Mulya.
3. Landasan Agama Yakin Pancasila
didasarkaan pada wangsit yang telah diteris oleh Mei Kartawinata.
4. Ajaran dari Agama Yakin Pancasila adalah
mirip dengan ajaran islam namun berasaskan pancasila.
5. Metode penyebaran Aliran Yakin Pancasila
yaitu melalui memberikan obat-obatan tradisional kepada orang yang sedang sakit
dengan memberikan air dan tidak meminta upah atau bayaran.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. Perkembangan Kebatinan di Indonesia. Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1990.
Kartapradja, Kamil. Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di
Indonesia. Jakarta: CV. HAJI MASAGUNG, 1986.
Salim. Faham Ketuhanan dalam Islam
dan Kebatinan. 1991, Stain Kediri: Kediri (Skripsi).
Sabrang,Negara Agama Buhun, dan KTP. 2009. Sabrangetan blogspot.com/(diakses pada 24 Maret 2015, pkl 09.15).
0 komentar:
Posting Komentar