Dewasa ini, masyarakat
modern mulai berbodong-bondong mengikuti sebuah tarekat. Mereka mulai merasakan
kegersangan, kegelisahan dalam hidup. Apa yang mereka cari dalam hidup ini
tidak memberikan kedamaian dalam hati mereka, sehingga mereka mulai mencari
jalan lain untuk bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan yakni agar bisa
sedekat mungkin dengan Yang Maha Hidup.
Tarekat
merupakan salah satu cara ataupun jalan agar bisa dekat dengan Allah SWT ketika
seseorang sudah bisa dekat dengan Allah SWT mereka sudah menemukan kabahagiaan
yang mereka cari. Sekarang ini telah banyak tarekat-tarekat yang muncul salah
satunnya yakni Tarekat Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah. Dalam sebuah
terekat terdapat amalan-amalan yaitu dzikir ataupun wirid-wirid yang
berlandaskan Al-Qur’an, Hadits, dan ijma. Yang berguna untuk membina iman
manusia agar tidak tergoyahkan oleh godaan dan bujuk rayu syaitan, nafsu, dan
cobaan-cobaan yang Allah SWT berikan.
B.
Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah
Untuk memasuki dan
mengambil dzikir dari Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini,
seseorang harus melaksanakan kaifiah atau tata cara sebagai berikut;[1]
1. Datang kepada calon guru mursyid untuk meminta izin memasuki
thariqahnya dan menjadi muridnya. Hal
ini dilakukan sampai memperoleh izin dan perkenannya.
2. Mandi taubat setelah shalat Isya’ sekaligus berwudlu’ yang
sempurna.
3. Shalat Hajat dua raka’at dengan niat masuk thariqah. Setelah
Al-Fatihah, membaca surat Al-Kafirun pada raka’at pertama dan surat Al-Ikhlas pada
raka’at kedua.
4. Setelah salam membaca:
اللهم
انى اسئلك التوبة الا نابة والاستقامة على الشريعة الغراء و الطريقة البيضاء
Dan dilanjutkan
membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.
5. Membaca Al-Fatihah sekali dan Surat AI-Ikhlas 3 kali, dengan niat
menghadiyahkan pahalanya kepada Hadlratzrsy-Syarkh Muhammad Baha’uddin
An-Naqsyabandi, serta memohon pertolongannya mudah mudahan keinginannya masuk
thariqah diterima.
6. Tidur miring kekanan dengan menghadap kiblat.
Setelah prosesi
tersebut dilaksanakan, maka selanjutnya menghadap calon guru mursyidnya lagi
untuk mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut, yang kemudian setelah
itu akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru mursyid itu
kepadanya.
Setelah
menerima talqin dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota
Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, yang mempunyai kewajiban
untuk mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:
1. Membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.
2. Membaca Al-Fatihah sekali dan surat Al-Ikhlas 3 kali, yang
dihadiahkan kepada para guru mursyid thariqah ini sejak zaman ini sampai kepada
Rasulullah shallallahu alarhi wa sallam, khususnya Hadlratusy-Sqaikh
Muhammad Baha-uddin An-Naqsyabandi.
3. Kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi direkatkan
seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil mengingat
alam kubur dan kiamat dengan berbagai kerepotannya.
4. Rabithah kepada Guru Mursyid.
5. Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati untuk senantiasa ingat
Allah.
6. Munajat dengan hatinya membaca:
الهى
انت مقصودى ورضاك مطلوبي
7. Kemudian dengan hatinya mewiridkan Ismudz-Dzat (Allah…,
Allah-, Allah …) 5000 kali, dengan tanpa menggerakkan lidah, bibir clan seluruh
anggota tubuhnya kecuali jari penunjuk untuk menarik hitungan tasbih. Dan
setiap hitungan 100 diselingi membaca;
الهى
انت مقصودى ورضاك مطلوبى
8.
Setelah selesai wirid, diam
sejenak dan rabithah Guru Mursyid disertai permohonan anugerah barakahnya,
kemudian berdo’a sebagai berikut:
اللهم يا حي يا قيوم يا بديع
السموات والارض ياملك الملك يا ذاالجلال والاكرام صل على سيد نا محمد افضل صلواتك
وعدد معلوماتك وعلى اله وصحبه وبارك وسلم كذالك وارزقنا الاءستقامة على الشريعة
الغراء والتمسك التام بهذه الطريقة النقشبندية المجددية الخالذية وارزقنا كمال
اتباع خير البرية صلىالله عليه وسلم والصدق فى محبة ورثة اولى الخصوصية
Keterangan:
§ Pelaksanaan pembacaan aurad (wirid-wirid) tersebut
dilakukan sehari sekali, waktunya bebas yang penting dicari waktu yang bisa
istiqomah. – Sikap duduk pada saat membaca arrrad tersebut
adalah dengan duduk tawarruk shalat terbalik, artinya telapak kaki
kanan dimasukkan dibawah lutut kaki kiri, kecuali ada udzur.
§ Para murid pemula cukup mengamalkan aurad tersebut.
Sedang untuk murid yang sudah meningkat ajarannya, akan mendapatkan ajaran
dzikir lainnya seperti Dzikir Latha-if, Dzikir Nafi Itsbat, Dzikir Wuquf,
Dzikir Muroqobah Muthlaq, Dzikir Muroqobah Ahadiyatul Af’aal, Dzikir Muroqobah
Ma’iyyah dan Dzikir Tahlil bil-lisan.
§ Di samping itu masih ada ajaran muroqobah, yaitu
Muroqobah Aqrobiyah, Muroqobah Ahadiyah Adz- Dzat Ash-Shomad dan
Muroqobah Ahadiyah Adz Dzat Ash-Shrifwal-Baht
§ Disamping ada juga ajaran Suluk, Khawajikan dan Tawajjuhan,
yang semua hal tersebut diatas.
Suluk Thariqah
Pelaksanaan
suluk dalam Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, dalam kaifiah
atau tata caranya, yaitu sebagai berikut;
1. Memperoleh izin dari guru mursyid atau izin dari orang telah
mendapat ijazah dari guru mursyidnya untuk mengajarkan suluk.
2. Kholwah, artinya menyepi atau memisahkan diri dari anak
istri dan saudara-saudaranya yang tidak sedang melakukan suluk.
3. Berniat suluk untuk selama 40 hari, atau 20 hari atau minimal 10
hari, dengan niatan sebagai berikut:
نويت
ان ادخل فى السلوك اربعين يوم/ عشرين يوم/ عشرة ايام لاقتداء السلف الصالحين
ولاتباع النبي صلى الله عليه وسلم لله تعالى
Sedangkan
rukun-rukun suluk yang harus dipenuhi adalah;
a. Menyedikitkan bicara yang tidak perlu dan tidak ada manfaatnya.
b. Menyedikitkan makan, namun juga jangan sampai kelaparan sehingga
tidak kuat melaksanakan ibadah atau dzikir.
c. Menyedikitkan tidur, artinya mengurangi tidur seperti yang
biasanya dilakukan.
d. Melanggengkan dzikir siang malam dengan memperhatikan adab dan
tata kramanya, dengan jumlah dzikir sesuai dengan tingkatan pengajarannya.
e. Tawajjuhan 3 kali sehari semalam, yaitu
1. Setelah shalat Isya’ dengan terlebih dahulu mengkhatamkan khawajakan
selain malam Selasa dan Jum’at,
2. Pada waktu sahur setelah khataman selain malam Selasa dan Jum’at
dan
3. Setelah Dzuhur dengan tanpa khataman khawajakan. Setelah ‘Ashar khataman
khawajakan saja.
Disamping itu
ada adab atau tata krama suluk yang juga harus diperhatikan, yaitu sebagai
berikut;
a. Ketika akan melakukan suluk, hendaknya minta izin dahulu kepada
guru mursyidnya.
b. Mandi taubat dan berwudlu yang sempurna.
c. Shalat hajat dua raka’at dengan niat memasuki suluk.
d. Ketika masuk ke tempat kholwat, membaca ta’awudz
dan basmalah dengan ikhlas.
e. Niat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan memenjarakan nafsu.
f. Melanggengkan wudhlu’ (suci).
g. Tidak berbicara kecuali dzikrullah.
h. Melanggengkan rabithah kepada guru mursyid.
i.
Sungguh-sungguh memperhatikan shalat
Jum’at, jama’ah lima waktu, shalat rawatib qobliyah dan ba’diyah
dan shalat-shalat sunnat lainnya yang muakkadah.
j.
Melanggengkan dzikir, baik jahri
maupun sirri; baik dzikir nafi itsbat maupun dzikir Ismudz-Dzat.
k. Membiasakan tidak tidur. Artinya tidak tidur kecuali sangat
kantuk dan kalaupun tidur niatnya untuk menghilangkan capeknya badan.
l.
Tidak menyandarkan tubuhnya pada
sesuatu dan tidak tiduran diatas lemek (tikar atau lainnya).
m. Ketika keluar (dari tempat khalwahnya) menundukkan
kepala dan tidak melihat-lihat sesuatu kecuali ada perlu.
n. Ketika berbuka, tidak memakan makanan yang berasal dari yang
bernyawa.
C. Kesimpulan
Untuk
memasuki dan mengambil dzikir dari Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah
Kholidiyah ini, seseorang harus melaksanakan kaifiah atau tata cara.
Setelah prosesi tersebut dilaksanakan, maka selanjutnya menghadap calon guru
mursyidnya lagi untuk mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut, yang
kemudian setelah itu akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru
mursyid itu kepadanya.
Setelah
menerima talqin dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota
Thariqah Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, yang mempunyai kewajiban
untuk mengamalkan wirid-wirid
Thariqah
Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah.
D. Daftar
Pustaka
Team
Penulis Panitia Mu’tamar Ke-10 Jam’iyah Ahli Al-Thariqah Al- Mu’tabarah
An-Nahdliyyah 1526 H/2005 M,. Mengenal Thariqah: Panduan Pemula Mengenal
Jalan Menuju Allah Ta’ala. Jakarta: CV. Aneka Ilmu Semarang. 2005
[1] Team Penulis Panitia Mu’tamar Ke-10
Jam’iyah Ahli Al-Thariqah Al- Mu’tabarah An-Nahdliyyah 1526 H/2005 M, Mengenal
Thariqah: Panduan Pemula Mengenal Jalan Menuju Allah Ta’ala (Jakarta: CV.
Aneka Ilmu Semarang, 2005) Hlm. 49